Blog ini adalah sebuah hasil karya anak bangsa yang sedang belajar ngeblog. Mohon support dan commentnya yang membangun...............

Selasa, 10 Februari 2009

Krisis Ekonomi Global Kembali Melanda

Krisis ekonomi global kini tengah melanda dunia. Sebenarnya sejak Januari lalu sudah ada indikasinya. Hingga bulan Oktober ini semakin terlihat dampak yang ditimbulkannya. Negara besar saja seperti Amerika tengah dilanda resesi besar-besaran. Pasar modal dunia tergoncang! Terhempas hanya dalam hitungan hari. Indeks Dow Jones anjlok begitu dalam sebesar 679 poin hanya satu hari (7,3%). Ini crash yang tertinggi dalam 21 tahun terakhir sejak black monday 1987. Crash Wall Street sangat ironi, sebab terjadi setelah paket bail out senilai US$ 700 milyar mendapatkan persetujuan Senat dan Kongres Amerika Serikat. Tidak hanya itu, “badai Wall Street” memaksa “tengkurap” bursa efek di Eropa, Asia, dan Australia. Bahkan Bursa Efek Indonesia (BEI) tutup tiga hari demi menyelamatkan IHSG dari kejatuhan yang lebih parah. Selama Januari sampai dengan Agustus 2008, sebagian bursa saham dunia anjlok sangat siknifikan. Bahkan IHSG BEI berada pada posisi 6 dengan tingkat keanjlokan mencapai 19,61%.

Tidak hanya Negara besar yang terkena imbasnya, Negara-negara di belahan dunia lainnya juga terkena dampaknya. Terutama bagi Negara-negara berkembang dan perekonomian yang kurang kuat, tentu hal ini menjadi momok yang menakutkan. Indonesia sebagai negara yang baru berkembang, tidak bisa luput dari pengaruh tersebut. Walaupun secara fundamental perekonomian indonesia bisa diindikasikan cukup baik. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam yang mempengaruhi perekonomian diluar mekanisme pasar sering disebut akibat pengarus “eksternalitas”.


Mengapa Krisis Terjadi?

Dalam kegiatan-kegiatan ekonomi pasar modal, terdapat penjualan/pembelian surat-surat berharga. Di dalam transaksi ini sering berpotensi penipuan yang melahirkan ekonomi balon (buble economy). Potensi ini sendiri semakin menjadi-jadi karena mekanisme jual beli surat berharga memperbolehkan aksi short-shelling (menjual sesuatu yang belum dimiliki) dan margin trading (membeli sesuatu melebihi daya beli yang dimiliki) sehingga membentuk kekuatan penawaran dan permintaan yang fiktif.

Dalam kasus Subprime mortgage, Bank-bank komersial dan bank-bank investasi memberikan utang kepada masyarakat dengan mempertaruhkan sektor riil. Utang yang dipinjamkan oleh bank kepada masyarakat bukanlah uang yang dimiliki bank, melainkan uang masyarakat yang dihimpun oleh perbankan. Permasalahannya, bank komersial dengan peraturan fractional reserve requirement dapat memberikan utang kepada siapa pun melebihi dana simpanan nasabah yang dihimpun oleh bank. Makanya tidak aneh, ketika terjadi rush perbankan mana pun di dunia pasti ambruk.

Dalam kondisi ketersediaan likuiditas yang besar dan suku bunga yang rendah, ambisi kerakusan dan naluri spekulasi para pelaku pasar akan semakin tak terkendali. Surat berharga akan diperdagangkan secara berlebihan (over trading) sehingga melahirkan eskalasi harga yang hebat. Inilah yang terjadi seperti krisi subprime mortgage di Amerika. Hilangnya kepercayaan para pelaku pasar untuk menanamkan modalnya membuat anjloknya bursa saham dunia. Hal inilah yang menyebabkan krisis ekonomi. Di lain pihak ada yang menganggap krisis global disebabkan oleh World Bank atau Bank Dunia yang telah mengeluarkan dana untuk membiaya perusahaan-perusahaan yang menyebabkan kerusakan iklim global seperti perusahaan batu bara, minyak dan gas. Bank Dunia menggunakan dana publik untuk membiayai kredit untuk pinjamannya. Ditaksir besar hutang yang dihimpun sampai dengan tahun 2008 adalah US$ 28 Milyar. Sungguh suatu dana yang besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please comment My post

  ©Template by Dicas Blogger.